Impian; Wujudkan atau Lebur Sebatas Angan!
Impian. Satu kata sederhana yang sarat akan
makna tak terhingga. Melalui satu kata sederhana ini seorang insan masih dapat
berdiri di muka bumi. Impian menjadi suatu
pencapaian untuk menjadi seorang yang mungkin pada mulanya sulit atau bahkan
terasa tidak mungkin untuk kita wujudkan. Impian menjadi tonggak kehidupan, menjadi
sebuah tujuan yang ingin diraih. Impian sejatinya
memberikan nyawa dalam membalik hiruk-pikuknya lembar kehidupan. Pun bagi penulis
sendiri, impian telah menjadi motivasi terbesar dalam segala pencapaian yang
telah maupun ingin penulis raih. Namun, impian hanyalah sebatas angan apabila
kita tidak mengupayakannya menjadi kenyataan.
Mewujudkan impian menjadi kenyataan seyogyanya
bukanlah hal yang mudah. Impian dapat menjelma
dalam aneka ragam visi. Bisa jadi, kita sendiri masih berperang dengan diri
sendiri dalam menentukan apa-apa yang ingin dilakukan dan diwujudkan terlebih
dahulu, atau masih mencari bentuk konkrit seperti apa dari setiap impian itu.
Dalam hal seperti ini, kita ditantang oleh diri sendiri untuk menentukan
pilihan.
Manusia pada prinsipnya, termasuk penulis, pastilah mempunyai
banyak impian. Dalam menjalani hidup ini, terkadang impian itu
terwujud namun tidak jarang pula kita harus dihadapkan dengan berbagai
problematika sehingga harus berlapang dada melepas impian, menjadi sebatas
angan.
Impian, mimpi-mimpi penulis pun pernah
dihadapkan dalam masa yang sulit. Untuk penulis dapat mengemban pendidikan ilmu
hukum seperti saat ini pada mulanya sama sekali tidak berjalan lancar.
Memimpikan diri menjadi seorang penegak hukum telah penulis agung-agungkan
sejak duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama. Setelah resmi melepas
status sebagai pelajar menuju mahasiswa, penulis kembali dihadapkan pada rasa
bimbang. Namun, banyaknya pertimbangan dari kedua
orangtua, pandangan “kerasnya lingkup hidup dalam dunia hukum” membuat penulis
tidak memaksakan kehendak. Penulis memilih bersembunyi pada zona berlabel
nyaman dengan cara mendaftar di salah satu universitas di Jakarta dengan
jurusan berprospek kerja yang “aman untuk dijalani manusia bergender
perempuan”.
Ternyata kita memang tidak bisa membohongi kata
hati. Impian, passion dan ambisi
untuk bergelut dan menimba ilmu di bidang hukum pun tak ingin bungkam dan
kembali berteriak dalam diri. Dengan waktu yang
tersisa saat itu, saya meyakinkan diri dan kedua orangtua untuk melepas
perguruan tinggi yang telah saya dapat dengan mendaftar dan mengikuti tes
Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN). Pada tanggal 9 Juli 2015,
saya membuka situs peserta SBMPTN untuk melihat
pengumuman nasional, dengan jawaban Allah dan semesta alam ternyata meng-amin-kan
impian tersebut.
Do whatever you love,
and you don’t have to work for the rest of your life. Lakukanlah hal yang
kita senangi, maka kita tidak perlu ‘bekerja’ alih-alih hanya melakukan ‘hobi’. Kini, penulis tengah
menjalani ‘hobi’ dengan impian baru di masa mendatang.
Pengalaman ini hanyalah segelintir cerita dari sekian banyaknya kisah impian
lain di luar sana, yang dibenturkan pada problema lebih besar.
Penulis percaya, hal yang kita tanam saat ini
adalah hal yang akan kita tuai kelak. Untuk meraih impian menjadi kenyataan
diperlukan tindakan nyata dan keberanian dalam merealisasikannya. Menjadi penegak hukum
yang baik pun penulis sadari bukanlah perkara mudah. Menjadi akademisi sejati
memang hal baik. Namun akan lebih bagus jika diimbangi dengan menjelma sebagai
sosok yang organisatoris. Maka melalui berbagai kesempatan penulis selalu
mencoba lakukan demi memperbaharui kepribadian diri menjadi lebih baik. Misalnya melalui
berbagai kegiatan seperti diskusi, seminar, menulis, melibatkan diri diberbagai
kegiatan sosial dan melibatkan diri diberbagai organisasi internal maupun
eksternal kampus.
Akhir kata, semoga tulisan penulis
ini sedikit banyaknya dapat menginspirasi dan menjadi pengingat sesama kita. Milikilah impian, selama impian itu sendiri
masih bebas dimiliki oleh siapapun di muka bumi
ini. Dan ingatlah, tidak ada
seorangpun yang dapat mematikan impian kita. Impian merupakan
harapan, tidak memandang umur, status sosial, gender, penghasilan, dan
sebagainya. Impian adalah milik setiap orang yang berani bermimpi, mewujudkan
dan membuat perubahan yang lebih baik, baik untuk dirinya sendiri maupun orang
lain. Semoga semua manusia yang ada, terkhusus untuk para generasi muda
kader-kader penerus bangsa, tidak pernah berhenti bermimpi dan mewujudkan
segala impian.
Komentar
Posting Komentar