Mei, Bumi, Diri.

Selamat datang kembali, Mei.

Mungkin banyak yang biasa saja atas hadirmu,
Namun tak sedikit yang bersuka cita atas penantian hadirmu,
Aku, adalah salah satu sosok yang menanti itu.

Menjelang setengah tahun berlalu,
Banyak duka merundung.
Mungkinkah semesta kian gemetar menampung?

Benarkah, semesta tak lagi berkenan atas kami?
Ciptaan-Nya yang terbaik, sebagai khalifah di muka bumi?
Walau kami sadari, hanya menggerogoti ruang bumi setiap hari.

Bagaimana pun, mohon jangan dahulu berhenti.
Banyak yang masih belum kami kejar, pun gapai.

Ah!
Lagi,
Kami masih terus menyakiti bumi.
Tak kunjung kenyang memberi makan keegoisan kami.
Sadar.
Namun tak henti dilakukan.
Bumi, sudi kiranya kau memaafkan?

Melalui Mei,
Semoga, semesta yang tengah terluka dapat pulih dalam detak waktu mu.
Semoga, setiap hati yang berduka dapat bahagia dalam gulir masa mu.

Mei,
Aku hadir dalam ruang waktu mu.
Kau tahu mendalam atas keluh ku.
Kau pun jauh lebih tahu atas inginku.

Dan, 
Mei,
Ku harap di bulan ini, percik bahagia tak sungkan Tuhan berikan.
Ku harap di bulan ini, diri yang lebih berani mampu tercipta tanpa sukar.



— DE. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Memperjelas Kacamata Pendidikan: Bukan Hanya Tanggung Jawab Tenaga Pengajar

Indonesia: Murnikah Sistem Hukum Civil Law?

Sekolah Dibubarkan Saja!