Titik Jeda
Kerangka jiwanya bergelut dengan pikirannya Menobatkan pikiran kusut sebagai sang juara Sembari merintih, tubuhnya berkata, aku kalah , aku lelah Ia tak ingin berbuat apa-apa Mungkin karena terlampau lelah Pun ia tak sanggup berkata-kata Seolah hasrat berkata memang telah musnah Terhadap yang dirasa, menolak diungkap barang sekata Percuma, gumamnya dipadu sirat senyum tipis sebagai bingkainya Sesadarnya ia tau dunia sedang tidak beramah tamah untuk menyapa Maka, biar saja Sejak kapan, ia kalah dalam hal memendam? Setiap sulut emosi yang berkecamuk selalu dipaksa padam, bukan ? Mimpi-mimpinya pun tak lagi asing dengan realita pahit yang terus merajam Mengajarinya paham atas ketidakpahaman Mari aku ingatkan, Dalam jiwa mungilnya sudah bersemayam hati yang lebam dan mati rasa Hasil tempa kejamnya dunia Kau tak perlu repot mengiba! Alih-alih asing, sungguh ia sudah terbiasa dengan ini semua Dan dalam sekian jeda, ia siap bangkit dengan daya terbarunya — DE.